Senin, 27 Desember 2010

Doa, Air Mata, dan Bendera Berkabung

RENTANG waktu bisa saja semakin panjang, namun doa dan air mata untuk korban bencana gempa dan tsunami tak pernah pupus. Suasana itu pula yang mewarnai saat-saat menjelang maupun pada detik-detik peringatan enam tahun terjadinya megaprahara tersebut, Minggu 26 Desember 2010.

Di Kabupaten Bireuen, ratusan masyarakat Desa Ie Rhob, Alue Mangki, Lapang Timu, dan sejumlah desa lainnya di Kecamatan Gandapura menggelar doa bersama dipimpin Tgk Baharuddin. Seusai doa bersama yang berlangsung di pinggiran pantai Ie Rhob, dilanjutkan penanaman pohon trembesi dan makan bersama dengan puluhan anak yatim korban tsunami. Prosesi mengharukan itu dihadiri Muspika Gandapura, relawan kemanusiaan, Imum Mukim Gandapura Timu, dan mahasiswa.

Di Kota Langsa, masyarakat asal Kabupaten Aceh Besar dan Kota Banda Aceh merefleksikan musibah gempa dan tsunami dengan doa dan zikir bersama. Kegiatan yang dipusatkan di rumah Drs Jakfaruddin, kawasan TM Bahrum tersebut diawali dengan pemberian santunan untuk 25 anak yatim. “Sebagai warga perantauan yang berasal dari Aceh Besar dan Banda Aceh, kami sangat berduka dengan peristiwa enam tahun lalu. Semoga Allah SWT menempatkan para korban pada tempat yang layak di sisi-Nya,” kata Ketua Panitia, Ridhwan Ishaq.

Gema doa, zikir, dan lantunan ayat-ayat suci Alquran juga mewarnai peringatan enam tahun tsunami di Kota Sabang. Kegiatan yang dipusatkan di Masjid Agung Babussalam tersebut juga diisi dengan tausiah oleh Abuya Jamaluddin Wali. Suasana haru menyelimuti seribuan jemaah dari kalangan masyarakat, korban tsunami, santri, tokoh, dan pejabat pemerintahan Kota Sabang. Kegiatan itu sendiri diprakarsai Ikatan Santri dan Alumni Dayah (Isada) Kota Sabang bersama Pemko Sabang.

Ke kuburan massal
Pemkab Aceh Besar memperingati enam tahun musibah gempa dan tsunami dengan menggelar doa bersama di Kompleks Kuburan Massal Siron, Kecamatan Ingin Jaya, Minggu (26/12). Ribuan warga berbaur dengan pejabat pemerintahan, PNS, Ormas/OKP, dan keluarga korban tsunami 26 Desember 2004.

Kabag Humas dan Protokol Setdakab Aceh Besar, Ridwan Jamil MSi mengatakan, doa bersama yang dipimpin Abu Athailah (Pimpinan Dayah Ulee Titi) Lambaro juga dirangkai dengan ceramah (tausiah) oleh Bupati Aceh Besar, Dr Tgk H Bukhari Daud M Ed. “Selain untuk memanjatkan doa kepada arwah korban tsunami, kegiatan ini hendaknya menjadi sarana bagi kita untuk bermunajad kepada Allah SWT semoga musibah dan bencana akan dijauhkan dari kehidupan kita,” kata Ridwan.

Bendera berkabung  
Di Aceh Barat, sejak Sabtu (25/12) malam hingga Minggu (26/12), ribuan warga larut dalam zikir dan doa memperingati enam tahun bencana tsunami. Bendera setengah tiang sebagai isyarat berkabung berkibar mengiringi prosesi mengharukan itu. Warga nonmuslim juga menggelar doa di tempat-tempat ibadah mereka masing-masing.

Hampir seluruh masjid di Aceh Barat, seperti di Kecamatan Johan Pahlawan, Meureubo, Arongan Lambalek, dan Samatiga penuh dengan warga yang memanjatkan doa dan zikir serta mendengarkan tausiah. Warga juga terlihat menyesaki beberapa lokasi kuburan massal, seperti di Ujong Kareung Meulaboh.

“Untuk tingkat Kabupaten Aceh Barat, peringatan enam tahun tsunami dipusatkan di Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh dihadiri bupati bersama pejabat di jajarannya,” kata Kadis Syariat Islam Aceh Barat, Drs Hasballah.

Aceh Jaya
Di Aceh Jaya, peringatan enam tahun tsunami dipusatkan di pinggir pantai Desa Kuta Tuha, Kecamatan Panga. Acara yang turut dihadiri bupati bersama pejabat di jajarannya,  selain diisi dengan zikir dan doa juga tausiah oleh Tgk Tarmizi Dahmi, dosen IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. “Kegiatan serupa berlangsung pula di hampir seluruh desa yang terkena bencana tsunami enam tahun lalu,” kata Kabag Humas Pemkab Aceh Jaya, Drs Mahdali.

Suasana lain yang terlihat di Aceh Jaya maupun Aceh Barat adalah terhentinya aktivitas melaut oleh seluruh nelayan. Karena sebagaimana disepakati, setiap 26 Desember merupakan hari pantang melaut dan nelayan mengisinya dengan zikir dan doa untuk syuhada tsunami. Begitulah.
sumber : http://www.serambinews.com/

Jumat, 24 Desember 2010

Jalur Semadam-Medan Kembali Lancar

Arus transportasi darat di lintasan Kutacane, Aceh Tenggara (Agara) menuju Sumatera Utara (Sumut), persisnya di Desa Semadam dan sekitarnya, sudah kembali normal pada Kamis (23/12) pukul 14.00 WIB, setelah alat berat dikerahkan ke lokasi.

Selain itu, 249 kepala keluarga (KK) di daerah itu masih mengungsi di SDN Semadam akibat banjir bandang. Adapun yang warga lainnya kemarin mulai kembali ke rumah masing-masing dan bergotong royong membersihkan rumah dari genangan lumpur yang terbawa banjir.

Dalam insiden itu, 249 rumah rusak, termasuk puluhan hektare tanaman cokelat dan padi. Seperti diberitakan kemarin, Desa Lawe Beringin Gayo, Lawe Mejile,  Simpang Semadam, Desa Semadam Awal dan desa sekitarnyadi  dalam Kecamatan Semadam, Aceh Tenggara, Rabu (22/12) pukul 20.00 WIB, dilanda banjir bandang. Akibatnya, ribuan penduduk mengungsi ke Desa Lawe Kinga Lapter, Desa Parit Kulur, Bandara Alas Leuser, atau ke lokasi lain yang mereka anggap aman.

Samsuddin, warga Semadam, mengatakan kemarin bahwa ia sudah pulang ke rumah dan kini sedang membersihkan rumah. Sementara itu, Camat Semadam, Zulkarnain, kepada Serambi, Kamis (23/12) mengatakan, saat ini arus transportasi darat di lintas Medan-Kutacane kembali normal setelah alat berat dikerahkan mengangkat meterial banjir, berupa kayu dan bebatuan, di badan jalan.

Dikatakan, rumah yang rusak akibat banjir bandang itu 55 unit dengan kondisi rusak berat dan 194 rusak ringan.  Menurutnya, saat ini sebanyak 249 KK masih mengungsi di SDN Semadam. Mereka tak lagi bisa memasak di rumahnya, karena rumah tersebut rusak. Sedangkan, warga lainnya di daerah itu telah kembali ke rumah dan membersihkan rumah dari genangan banjir.

Longsor dibersihkan
Petugas dari instansi terkait, Rabu (22/12) malam juga dilaporkan mulai membersihkan material longsor di kawasan Pegunungan Singgah Mata, Kecamatan Pantan Cuaca, Gayo Lues. Longsor itu terjadi Selasa lalu, terjadi di jalan nasional yang menghubungkan Blangkejeren-Takengon.

“Material longsor mulai dibersihkan Rabu (22/12) sekitar pukul 23.00 WIB dengan mengerahkan alat berat dari arah Isaq, Kabupaten Aceh Tengah, ke lokasi bencana,” kata staf Dinas BMCK Aceh, melalui Pelaksana Harian Jalan Blangkejeren-Takengon, Alfakih, kepada Serambi, Kamis (23/12).

Dikatakan, kendati sejak Rabu malam material longsor mulai dibersihkan dari badan jalan dengan alat berat, namun sampai kemarin material longsor tersebut belum tuntas dibersihkan secara merata dari ruas jalan dimaksud. Ini terjadi akibat hujan yang terus mengguyur di kawasan titik longsor.

Begitupun, menurut Alfakih, transportasi Blangkejeren-Takengon dan Banda Aceh sudah normal kembali. “Paling-paling hanya ada sedikit sisa-sisa material yang kini pun sedang dibersihkan,” ujar kemarin siang.

sumber : http://www.serambinews.com/news/view/45361/jalur-semadam-medan-kembali-lancar

Pengikut